Achmad Noe'man (dok.ITB) Achmad Noe'man (dok.ITB)

Mengenang Profesor Ahmad Noe’man, Arsitek Masjid Nahrul Hayat, Pupuk Kujang

Karawang – Di Bulan Ramadan ini, aktivitas rohani di lingkungan Pupuk Kujang semakin marak. Situasi pandemi corona yang sudah mereda dan jamaah yang sudah divaksin membuat kegiatan keagamaan di lingkungan perusahaan kembali menggeliat.

Saat waktu salat atau tarawih, Masjid Nahrul Hayat kembali terlihat penuh. Jamaah kembali merasakan sensasi beribadah dan beraktivitas di masjid tersebut.

Ketika berada di dalam Masjid Nahrul Hayat, selalu terasa semilir angin yang menyejukkan. Hal itu tak lepas dari fasad dinding masjid yang berongga-rongga di bagian samping dan belakang. Rancang bangunan itu dirasa tepat karena mempertimbangkan aspek udara Cikampek yang dikenal cukup panas.  

Nahrul Hayat dalam bahasa Indonesia artinya Sungai Kehidupan. Nama itu dipilih sebab masjid tersebut dibangun di Desa Kalihurip. Didirikan pada tahun 1975, Masjid Nahrul Hayat dirancang oleh Profesor Achmad Noe’man. Beliau adalah arsitek yang punya reputasi merancang banyak masjid baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pria kelahiran Garut, 10 Oktober 1926 itu dijuluki arsitek seribu masjid.

Dari bentuknya, Masjid Nahrul Hayat terlihat bernuansa arsitektur moderen dengan nuansa geometri yang kental. Elemen geometri terlihat dari bentuk atap masjid yang datar dan fasad dinding berbentuk persegi panjang. Rongga-rongga kayu inilah yang membuat sirkulasi udara sangat lancar sehingga jamaah tidak mudah gerah.  

Achmad Noe’man merupakan salahsatu pelopor arsitektur masjid moderen. Saat merancang bentuk masjid untuk Pupuk Kujang, Noe’man berani merancang bentuk masjid yang berbeda dari karakter masjid pada umumnya saat itu.

Saat merancang Nahrul Hayat, Noe’man mengaplikasikan dua undak berbentuk prisma trapesium sama kaki. Di Nahrul Hayat, kita juga tidak akan melihat kubah atau dome sebagaimana lazimnya ditemui pada masjid-masjid kebanyakan. Noe’man berani meninggalkan kubah dan mengaplikasikan atap datar di Masjid Nahrul Hayat.

Noe’man nampaknya kembali mengaplikasikan atap datar setelah sebelumnya melakukan hal yang sama saat merancang Masjid Salman ITB. Masjid Salman merupakan masjid pertama yang mengaplikasikan atap datar pada bangunan masjidnya.[1]

Dedikasi ilmu dan waktu dalam hidupnya dalam mendisain masjid di Indonesia dan mancanegara telah dirasakan banyak orang. Dilansir dari obituari Prof Achmad Noe’man di itb.ac.id, beliau lah yang mempelopori bangunan masjid tanpa kubah. Ia juga merupakan salah satu pendiri Ikatan Arsitek Indonesia.

Selepas merancang Masjid Salman ITB, Noe'man mulai aktif merancang arsitek berbagai masjid di Indonesia lainnya, bahkan di dunia. Sejak saat itu, karya rancangan arsitektur masjid khas Noe'man tersebar di berbagai daerah seperti Aceh, Bontang, dan Ujung Pandang. Tercatat Masjid Raya Pati, Masjid Taman Ismail Marzuki Jakarta, Masjid Al-Ghifari IPB Bogor, Masjid PT Pupuk Kujang, Masjid Al-Furqan UPI Bandung, dan Masjid Komplek Perumahan Pramuka Cibubur Jakarta merupakan beberapa buah karya No'eman.

Karya Noe'man lainnya adalah Masjid Attin yang dibangun untuk mengenang Tien Soeharto dan Masjid Al-Markaz al-Islami di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.

Di luar negeri, Noe'man tercatat juga sebagai perancang mimbar Masjid Al Aqsa di Palestina pada 1993 hingga 1994. Dia juga perancang Masjid Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan. Prestasinya yang sangat gemilang, mengantarkan Noe'man menjadi anggota Dewan Kurator ketika Bayt Alquran dan Museum Istiqlal TMII Jakarta didirikan.

Tak hanya itu saja, beliau pun pernah menerima penghargaan sebagai penulis Khat Kufi dari Istanbul, Turki. Karya lainnya adalah Masjid Muhammad Suharto di Sarajevo Bosnia, karya monumental persembahan dari bangsa Indonesia yang cukup menjadi sorotan dunia kala itu (dilansir dari salmanitb.com).

Berbagai pencapaian Noe'man adalah inspirasi yang sepatutnya menjadi teladan. Berkontribusi melalui kapasitas pribadi dengan dedikasi tinggi bagi Indonesia dan dunia. (hl/KP)



[1] Arlene, Renate & Fauzy, Bachtiar, “Analysis of Geometric Elements in Salman Mosque, Bandung. Jurnal Riset Arsitektur Unpar, (2017) : 486-502

 

Rate this item
(0 votes)

stay connected

Anda dapat menghubungi kami melalui email info@pupuk-kujang.co.id, atau berlangganan newsletter dengan menginputkan alamat email anda dibawah ini.

Visitor Counter

Sekarang : 558                    
Kemarin : 885
Bulan Ini : 1874
Bulan Kemarin : 22955
Semua : 191811